Tim Mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) berhasil meraih medali perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 yang bertepatan di Universitas Airlangga. Dalam kompetisi tersebut, mereka menang pada kategori poster di kelas PKM Pengabdian Masyarakat 3.
Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KEMENDIKBUDRISTEK), Pusat Prestasi Nasional (PUSPRESNAS), dan Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI) pada 14 ̶ 18 Oktober 2024.
Tim asal UNDIP ini memiliki nama tim Bioboon, yang terdiri dari Refah Hakam Muhammad (Teknik Kimia), St. Nur Rifqah Aliyah (Teknik Kimia), Alan Tajri Akbar (Teknik Geodesi), Aufa Fadhil Islami (Teknik Geodesi), dan Galih Aditya Fernanda (Teknik Komputer). Seluruh anggota tim ini merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Angkatan 2022.
Bersaing dengan ± 38000 tim dari seluruh daerah di Indonesia
Pada kompetisi ini, pada mulanya terdapat total 38000 lebih proposal yang telah diserahkan ke laman SIMBELMAWA. Kemudian diseleksi hingga terdapat ± 3520 tim yang lolos mendapatkan pendanaan sekaligus untuk melanjutkan program yang telah direncanakan. Dari sejumlah tim yang lolos pendanaan tersebut, tim Bioboon berhasil menyingkirkan sebagian besar tim yang bergabung hingga akhirnya lolos ke ajang tertinggi PIMNAS ke-37 dengan terdapatnya 525 tim pada ajang tersebut.
Inovasi Bioboon Menjadi Energi Alternatif Pemenuhan Gas Rumah Tangga sekaligus Penambah Nutrisi Tanaman
Tim Bioboon masuk ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat dengan mengangkat topik “Pemanfaatan Kotoran Ternak sebagai Biogas dan Bio-slurry Menggunakan Katalis EM4 Berbasis IOT di Jabungan Semarang Guna Mencapai Kemandirian Energi”. Program ini dijalankan untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi Karang Taruna Jabungan Kota Semarang berupa menumpuknya kotoran ternak yang tak terawat. Sehingga Tim Bioboon menggandeng Karang Taruna Jabungan Semarang untuk bekerja sama sebagai mitra selama keberjalanan program.
“Tujuan inovasi ini dibuat untuk mengubah kotoran yang sebelumnya dibiarkan menumpuk dan menimbulkan banyak kerugian bagi warga sekitar sehingga diubah menjadi biogas yang merupakan energi alternatif yang dapat dimanfaatkan warga mitra sasaran dengan menggantikan penggunaan gas LPG. Tak hanya itu, ampas sisa limbah kotoran yang sudah tidak dapat dikonversi menjadi biogas mampu dimanfaatkan menjadi bio-slurry sebagai pupuk organik cair untuk warga sekitar. Sehingga ramah lingkungan.” kata Hakam, Ketua tim Bioboon, Jum’at (18/10/2024).
Proses dan Tantangan Tim Bioboon
Hakam menjelaskan bahwa proses pembuatan biogas melibatkan dekomposisi limbah organik secara anaerob, yaitu tanpa adanya udara bebas, yang dilakukan oleh bakteri metanogen. Pertama, kotoran ternak dicampur dengan air dalam proporsi yang ideal, yaitu 1:1, untuk membentuk lumpur yang kemudian dialirkan ke dalam reaktor biogas, atau biodigester. Di dalam biodigester, proses fermentasi berlangsung selama beberapa hari, mulai dari produksi gas karbondioksida pada hari pertama hingga gas metana dominan pada hari keempat belas dengan bantuan katalis EM-4.
Namun, program pengolahan limbah kotoran ternak menjadi biogas juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah permasalahan teknologi, seperti desain instalasi yang optimal dan sistem pemeliharaan yang rutin untuk memastikan kualitas biogas yang dihasilkan.
Pada akhirnya, tim Bioboon berhasil menjalankan program yang dijalankan dengan inovasi berupa pemasangan IoT sehingga mampu menciptakan aplikasi Mobile Biogas Tech untuk memonitoring kondisi gas yang tersalurkan sekaligus mencegah adanya kebocoran gas. Dan tim Bioboon berhasil membawa topik yang telah dilaksanakan hingga ke ajang PIMNAS ke-37 dan membawa pulang medali perunggu.
“Harapannya, program Bioboon bisa dikembangkan lebih lanjut hingga ditingkatkan kapasitas produksi biogasnya dan bisa membangun Indonesia yang lebih hemat”, pungkas Hakam.